PTPN IV Gelar Halal Bi Halal



KILASBERITA- Direktur Utama PTPN IV, Siwi Peni, menyampaikan bahwa halal bi halal sangat penting dilaksanakan setiap tahun. Selain untuk bersilaturahmi dan bermaafan, juga merupakan sarana yang tepat dalam mendukung pekerjaan disela-sela kesibukan dalam bekerja.
“Ada pelajaran yang diperoleh dari makna puasa ramadhan dan hari raya idul fitri, halal bi halal dikaitkan dengan pelaksanaan Tata Nilai Perusahaan yaitu Sinergi, Integritas dan Profesional (SIPro),” ucap Siwi Peni, pada acara halal bi halal keluarga besar PTPN IV, di Taman Camelia Sinensis Kantor Direksi PTPN IV, baru-baru ini.

Menurut sejarah, ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Ketupat atau kupat diajarkan oleh Sunan Kalijaga yang berarti ngaku lepat atau ngaku salah. Dan ketupat memiliki 4 sudut yang maknanya melakukan 4 perilaku yaitu lebaran, luberan, leburan dan laburan, kata Siwi Peni.
Diuraikan Siwi Peni, lebaran dari bahasa jawa dengan kata dasar lebar yang artinya selesai. Lebaran merupakan graduation atau kelulusan, karena selama puasa ramadhan telah melaksanakan banyak pelajaran diantaranya diajarkan menahan dan melawan hawa nafsu, melaksanakan kejujuran, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
“Kita juga diajarkan untuk banyak mempelajari kitab suci Al Qur’an dianalogikan agar lebih memahami dalam menjalankan perintah agama. Hal ini kalau dikaitkan dengan tata nilai PTPN Group, maka kita melaksanakan tata nilai integritas dan profesional. Sehingga dalam pekerjaan sehari-hari dapat diterapkan dengan melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik, dan terus meningkatkan kompetensi agar lebih profesional dalam bekerja,” ujar Siwi Peni.
Disebutkan Siwi Peni, luberan berasal dari kata dasar luber artinya berlimpah. Kita diajarkan untuk dapat memberi maaf, selama bulan ramadhan kita banyak memberi santunan kepada anak yatim dan kaum duafa, memberikan zakat fitrah, itu menandakan adanya keberlimpahan, sehingga banyak memberi.
Sedangkan leburan lanjutnya, berasal dari kata lebur atau menjadi satu, atau yang keras menjadi lunak. Disini lebaran atau idul fitri juga dirayakan oleh semua orang di Indonesia, dari semua perbedaan disatukan dan saling bermaafan. Yang awalnya keras menjadi lunak, sehingga bisa saling memaafkan. Tidak ada perbedaan antara kaya, miskin, suku, agama, jabatan semua menjadi satu.
“Yang terakhir adalah laburan, berasal dari kata labur, yaitu semacam cat yang berwarna putih. Diharapkan dengan melaksanakan semua hal itu, hati kita, diri kita menjadi bersih, suci dan fitrah,” ucapnya. (Erniyati)

Komentar