KILASBERITA
– Direktur Eksekutif LIPPSU Azhari AM Sinik meminta Pemprosu untuk menjadikan Maktab
Islamiyah Tapanuli (MIT) menjadi museum wisata religi di Sumut, karena
bangunannya memiliki nilai sejarah yang tinggi.
“Kita
minta Pemprovsu untuk memperjuangkan MIT jadi salahsatu wisata religi bersama
kawasan tua lainnya di sana, termasuk Masjid Lama yang berada di Jalan Masjid
(Gang Bengkok), Kel. Kesawan, Kec. Medan Barat, Medan,” kata Ari Sinik kepada
pers di Medan, kemarin.
Dia
mengomentari hal itu sekaitan kunjungan Dr Ir Hj R Sabrina, MSi di MIT yang
dibangun 30 November 1930 itu, pekan lalu. H Sabrina yang juga Sekda Provsu itu
mengaku terkesan dengan kunjungan pribadi itu dan berjanji akan mengupayakan terwujudnya
MIT menjadi obyek wisata religi di Sumut bahkan Indonesia. Hadir dan menerima kunjungan
tersebut Dedi Suhairi Ketua Majelis Pendidikan Al Jami’yatul Wasliyah, Hj Murni
Tanjung (Kepala MIT), Dr H Hanif Fahri (ketua Majelis Amal dan Sosial dan
Kesehatan Al Wasliyah Medan) dan Muas
Tanjung (nazir) dan Direktur Perencanaan LIPPSU Sahlan Jukhri STA, IAI serta
Direktur LIPPSU Partono Budy.
Menurut
H Sabrina pihaknya sedang membahasnya dengan berbagai pihak, termasuk para ahli
museum agar nantinya MIT ditetapkan menjadi museum religi dan edukasi, terutama
bagi pelajar,” ujarnya.
MIT
yang lokasinya berada di Masjid Lama itu
kini digunakan sebagai tempat belajar sekolah (maktab) bagi para siswa
Al-Wasliyah Medan dan didirikan pada 30 November tahun 1930.
Dahulu
di depan masjid ini terdapat gang sempit yakni Gang Bengkok yang bentuknya
melengkung dan memang bengkok. Warga sekitar yang kerap menyebut masjid ini
sebagai Masjid Gang Bengkok. Namun karena lokasi masjid yang semakin ramai dan
menjadi pusat bisnis Medan, lokasi Gang Bengkok mengalami pelebaran jalan dan
berubah statusnya menjadi jalan bukan lagi gang, kini menjadi Jalan Ahmad Yani.
Kawasan
Masjid Lama Gang Bengkok dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Medan.
Dibangun pada tahun 1885, usia masjid ini lebih tua dari masjid raya Al Mashun.
Namun
nilai sejarah yang terkandung pada kawasan Masjid Lama Gang Bengkok melebihi
apa yang terlihat selama ini. Ya, di belakang bangunan masjid Lama Gang Bengkok
inilah terdapat bangunan tua yang memiliki nilai sejarah teramat tinggi.
LOKASI
PERTAMA
Di
situlah lokasi pertama madrasah di Sumatera Utara. Bernama Maktab Islamiyah
Tapanuli (MIT), bangunan ini didirikan pada tahun 1918 Masehi oleh masyarakat
asal Tapanuli Selatan. Penamaan maktab, merupakan persamaan kata madrasah,
yaitu lembaga pendidikan yang mempelajari ilmu tentang agama Islam.
Maktab
ini, tak hanya melahirkan banyak ulama terkenal di tanah air hingga luar
negeri. Di madrasah inilah lahir organisasi keagamaan Al Jam’iyatul Washliyah
pada 30 November 1930.
Kini
bangunan tersebut tidak hanya untuk pendidikan agama dengan nama Madrasah
Ibtidaiyah Al Washliyah-1, tapi juga merangkap museum Al Washliyah.
Sabrina
mengaku, sangat berterima kasih kepada para pengurus MIT yang telah menaruh
perhatian besar untuk melestarikan bangunan bersejarah ini. Sabrina yakin,
bangunan ini mampu
mengangkat
nama Sumatera Utara dalam sejarah pendidikan dan perjalanan agama Islam di
tanah air.
“Maktab
ini harus dilestarikan. Kondisi bangunan dan pola mengajarnya pun harus
dipertahankan, karena para siswa yang saat ini menuntut ilmu di sini juga
merupakan aset museum,” ujarnya.
Sabrina
juga berjanji akan mencari orang yang ahli tentang museum untuk mendata
persyaratan apa saja yang diperlukan sehingga MIT memenuhi syarat sebagai
museum. Ia juga berterima kasih kepada Direktur Eksekutif Lembaga Pemerhati
Pembangunan
Sumatera Utara (LIPPSU) Azhari AM Sinik, yang telah menjadi mediator dengan
pengurus MIT. Tak hanya MIT, Sabrina juga mengaku, akan mendata seluruh hal tentang
perkembangan Islam di Sumut dan akanmempublikasikannya. “Ternyata setelah saya
mendapat banyak masukan dari pak Azhari Sinik, Sumut memiliki peran teramat
besar dalam perkembangan Islam di tanah air, ucapnya.
Sementara
itu Direktur Eksekutif Lembaga independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara
(LIPPSU) Azhari AM Sinik didampingi Direktur Perencanaan dan Pengembangan
Syahlan Jukri Nasution mengajak semua pihak untuk menjaga cagar budaya di
Sumut. Selama ini, ujar Azhari, kenyataan yang terjadi sangat miris, karena
demi kepentingan bisnis banyak heritage yang dijual atau ditukar guling.
Akibatnya,
Kota Medan yang banyak memiliki bangunan bersejarah telah kehilangan
identitasnya. Pemko Medan tidak pernah punya niat baik untuk menata, merawat
bangunan yang memiliki nilai heritage sebagai kawasan kota tua.
“Lahirnya
Kota Medan memiliki perjalanan yang cukup panjang. Julukan yang pernah
diberikan terhadap Kota Medan menjadi bukti. Mulai dari Paris van Deli, Medan
Kota Raya hingga Kota Medan Putri. Semua julukan itu menggambarkan bagaimana
indahnya Kota Medan dalam perspektif perencanaan sedari awal. Namun semua
julukan itu sedikitpun tidak tercermin pada kondisi Kota Medan saat ini. Di mana-mana
hanya terlihat kesemrawutan,” ujarnya.untuk itu kita minta kepada pemerintah
agar menjadikan maktab tersebut menjadi museum religi di Sumut, tegasnya. (Partono)
Komentar
Posting Komentar