Gubsu Edy Rachmayadi Jangan Sembarangan Pilih Pejabat Eselon II dan III



KILASBERITA – Anggota DPRD Sumut Muchri Fauzi meminta Gubsu Edy Rachmayadi untuk tidak sembarangan memilih para pejabat eselon II dan III, karena dikhawatirkan bisa jadi bumereng bagi  kinerja Gubsu dan Wakilnya lima tahun mendatang.
“Saya melihat pemilihan para pejabat yang dilantik baru-baru ini menunjukkan adanya unsur keterburu-buruan yang dilakukan Edy Rachmayadi dan timnya dalam mendudukkan pejabat di lingkungan dinas Pemprovsu,” kata Muchri Fauzi kepada pers di Medan, kemarin.
Gubsu pada 9 Agustus lalu melantik 9 pejabat eselon II di lingkungan Pemprov Sumut, di Aula Raja Inal Siregar Lantai 2 Kantor Gubsu, Jalan Diponegoro Medan. Adapun 9 pejabat yang dilantik terdiri dari 7 pejabat eselon II hasil lelang (seleksi jabatan tinggi pratama) dan 2 pejabat eselon II lainnya adalah yang sifatnya rotasi (pertukaran).
Pada 2 Agustus lalu, Gubsu juga melantik 22 pejabat baru setingkat eselon III. Edy menekankan tiga hal penting yang harus dipegang teguh, di iantaranya soal loyalitas atau kesetiaan. Sebagai pejabat yang berada pada satu perahu yang sama diminta seluruh pejabat tunduk pada tujuan bersama yang hendak dicapai.
"Kalau tidak patuh pada loyalitas bersama silakan keluar dari perahu," tegas Edy pada acara pelantikan yang turut dihadiri Wakil Gubernur, Musa Rajekshah; Sekretaris Daerah, Sabrina; Kepala Dinas Pendidikan, Arsyad Lubis.
Menurut Gubsu, para pejabat yang dilantik adalah hasil fit and proper test yang dilakukan tim Panitia Seleksi sebelum diputuskan oleh Gubsu.
Gubsu pernah mengatakan bahwa pihaknya menginginkan pejabat  yang dilantik sesuai dengan track recordnya agar mewujudkan Sumut bermartabat.
Faktanya kini, lanjut sejumlah sumber, beberapa pejabat eselon II dan III tidak memiliki rekam jejak yang relavan dengan jabatan yang diemban sebelumnya. Hal itu terjadi di sejumlah dinas yang memiliki potensi besar dalam menjalankan amanah Gubsu untuk menjadikan Sumut bermartabat.
Dicontohkan, ada pejabat yang dulunya bertugas di bidang teknis dan anggaran, tiba tiba ditempatkan di pemberdayaan yang berkaitan dengan koperasi. Ini tidak sinkron dan tidak tepat sasaran. Ada juga pejabat yang dulunya bertugas di bidang keuangan, namun belakangan dipilih jadi kepala biro yang sama sekali tidak bersinggungan dengan bidang yang lama. Juga terdapat pejabat diimpor dari daerah dan pejabat yang dinilai dari kecakapannya tidak mumpuni menjalankan bidang teknik. 
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi A DPRD Sumatera Utara, Brillian Moktar, mengingatkan Gubernur Edy Rahmayadi agar tidak memilih orang terdekat atau orang kepercayaannya jadi pejabat Eselon II. Dia bisa "terbunuh". Sama seperti yang pernah dialami pendahulunya; Samsul Arifin, Gatot Pujo Nugroho dan Erry Nuradi. Ketiganya gagal membuat kemajuan yang signifikan bagi provinsi ini, malah dua di antaranya terjerat kasus hukum masuk penjara.
Kata Brillian, Edy harus patuh pada penilaian terhadap para pejabat yang akan membantunya berdasarkan track record (rekam jejak), kinerja dan profesionalisme. Figur dengan kwalifikasi baik dari ketiga faktor tersebut yang akan bisa membantunya menciptakan Sumut bermartabat karena bisa menciptakan pendapatan asli daerah yang maksimal.
"Gubernur bisa "terbunuh" jika dia memilih orang-orang yang dekat dengannya atau yang dipercayainya jadi pejabat Eselon II. Bukan musuh yang bisa membunuhnya karena dia bisa jaga jarak, tetapi kawan dekatnya," ungkapnya kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (6/8/2019).
Sebagai anggota DPRD Sumut yang sudah sepuluh tahun duduk di Komisi A, dia mengaku tahu betul pola rekrutmen Gubernur Sumut terhadap pembantunya. Walau menerapkan sistem lelang, selalu dipaksakan orang-orang yang dekat dengan mereka masuk dalam nominasi. Padahal rekam jejak dan kinerjanya tidak jelas.
Pola memaksakan orang terdekat tersebut, paparnya, sampai saat ini belum berubah. Masih sama. Satu dari tiga nama yang diajukan panitia seleksi untuk ditentukan jadi pejabat terpilih adalah orang kepercayaan gubernur. Dan dialah akhirnya yang dipilih.
"Kalau gubernur mau Sumut ini maju dan bermartabat, tidak jalan ditempat seperti sekarang, dia harus memilih pembantunya secara konsisten berdasarkan track record, kinerja dan profesionalisme," tegas Brillian yang berasal dari PDI Perjuangan.
Seperti diketahui, saat ini Edy tengah melakukan proses lelang jabatan guna memilih sejumlah pejabat Eselon II. Mulai dari kepala dinas, asisten hingga kepala biro. Lelang sudah memasuki tahap akhir dimana tiga nama calon pejabat terpilih sudah berada ditangannya. Belum jelas kapan para pejabat terpilih akan diumumkan. Informasi yang diperoleh medanbisnisdaily.com menyebutkan kemungkinan tanggal 20/8 sudah diumumkan. (tim)

Komentar