LIPPSU DUKUNG KINERJA KADIS KEBUDAYAAN TINGKATKAN DAYA SAING KOTA MEDAN

KILASBERITA65 – Lembaga Independen Sumatera Utara (LIPPSU) mendukung kinerja Kadis Kebudayaan Kota Medan, OK Zulfi yang dinilai berhasil meningkatkan daya saing Kota Medan ke seluruh Indonesia.
“Di tangan OK Zulfi, Kota Medan mengalami kemajuan dengan berbagai program yang membangkitkan gairah menata, meningkatkan dan mengharumkan Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kota Medan,” kata Direktur Eksekutif LIPPSU Azhari AM Sinik didampingi Direktur Penyusunan Program Drs Partono Budy kepada pers di Medan, kemarin.
Salahsatu program yang digagas Dinas Kebudayaan bersama dinas terkait di Pemko Medan adalah perlombaan berbagai permainan tradisional, seperti Patok Lele dan Pecah Piring di Istana Maimun, Medan, Sabtu 27 Juli 2019 lalu. Perlombaan bertajuk “Pelestarian Permainan Tradisional” itu digelar dalam rangka menyemarakkan hari jadi Kota Medan ke 429. Sebanyak 18 Sekolah Dasar (SD) dan 10 Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengikuti perlombaan tersebut.
Menurut Azhari AM Sinik, gelaran perlombaan tersebut, berarti para pesertanya telah ikut serta melestarikan permainan asli budaya nusantara. Untuk itu, Dinas Kebudayaan terus menggali kebudayan yang ada di Kota Medan. Hal ini jelas menunjukkan daya saing kota Medan dalam bidang kebudayaan, yang sejalan dengan moto Gubsu Edy Rachmayadi yang menginginkan Sumut Bermartabat
LIPPSU pun menilai acara tersebut di  atas bisa dijadikan pilot project agar ke depan digelar perlombaan permainan tradisional dengan skala besar. Seperti, perlombaannya digelar antar murid sekolah di tingkat kecamatan dulu. Lalu, naik ke tingkat kabupaten kota. Lalu, ke tingkat provinsi. Agar gaungnya lebih besar lagi dan budaya kita pun tak tergerus zaman. Diketahui, Patok Lele merupakan permainan disebut-sebut sebagai warisan budaya Melayu. Permainan yang menggunakan dua potongan kayu, panjang dan pendek ini telah menyebar ke berbagai pelosok nusantara. Sedangkan Pecah Piring disebut berasal dari Suku Batak, tepatnya dari Pakpak Barat, Sumatera Utara yang menggunakan sebuah bola kecil dan tumpukan batu.
Selanjutnya, sambung Azhari AM Sinik, LIPPSU juga mengapresiasi kegiatan Festival Pesona Lokal (FPL) 2019 pada 1 Agustus 2018 lalu, yang semakin mengukuhkan ibukota Provinsi Sumatera Utara sebagai kota multikultural.  FPL 2019 ditayangkan live di salah satu stasiun tv nasional. Melalui penayangan tersebut, Walikota Medan Dzulmi Eldin optimis Kota Medan dapat terkenal dan berdaya saing, karena aneka seni dan budaya yang dimiliki tereksplor dengan lengkap, sehingga mampu menarik wisatawan datang berkunjung.
FESTIVAL MULTI ETNIS
Selanjutnya, kata Azhari AM Sinik, pada 30 Agustus, Pemkot Medan melalui Dinas Kebudayaan Medan menggelar Festival Multi Etnis 2019 di Istana Maimun. Festival selama tiga hari hingga 1 September 2019 itu diadakan untuk memperkenalkan kesenian, etnis dan kebudayaan Sumatera Utara.
Menurut Azhari AM Sinik, kegiatan tersebut digelar sebagai upaya mendukung pengelolaan kekayaan budaya yang ada di Kota Medan. Selain itu, fetival ini juga diharapkan bisa menjadi salahsatu sarana edukasi masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai kebudayaan sendiri.
Pada festival tersebut, Pemkot akan menyuguhkan beragam seni dan budaya sebagai indentitas orang Medan. Di antaranya seni dan budaya dari daerah Tanah Karo, Dairi, Tapanuli Selatan, Melayu, Tapanuli Tengah, Nias, Asahan, Labuhan Batu Utara, Serdang Bedagai, Simalungun serta Toba. Kemudian Aceh, Minang, Jawa, Minahasa-Manado, India dan juga seni budaya dari jazirah Arab.
Selain pertunjukan seni dan budaya, arena festival juga akan dimeriahkan dengan deretan stand pameran UMKM dan bazar kuliner. Dan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan sejumlah dinas terkait untuk memberikan dukungan.
Istana Maimun merupakan salah satu tempat ikonik di Kota Medan yang menyimpan catatan sejarah. Bangunan berwarna dominan kuning itu adalah istana Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1888. Istana dibangun oleh Sultan Maimoen Al-Rasyid Perkasa Alamsyah yang menjadi raja Kesultanan Deli ke-9 (1879-1924). Pada masa itu perdagangan tembakau di Medan semakin maju dan kemakmuran Kesultanan Deli mencapai puncaknya.
LIPPSU tak lupa memberikan apresiasinya dengan berbagai program yang akan digulirkan Dinas Kebudayaan, termasuk tahun 2020, dengan akan digelarnya tarian serampang dua belas dan permainan congkak, yang selama ini kurang diperhatikan.
Dengan sejumlah catatan itu, LIPPSU berpendapat, kinerja Dinas Kebudayaan sudah menunjukkan trend menggembirakan, dan perlu ditingkatkan di masa yang akan datang. “Jadi kalau ada anggapan kinerja Kadis Kebudayaan mengalami kemunduran, saya rasa tidak benar. Itu mungkin pendapat pribadi saja dan dilontarkan oleh segelintir orang atau oknum yang tidak faham tentang kebudayaan di Kota Medan. (erniyati)

Komentar