KILASBERITA65 - Direktur Eksekutif Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU) Azhari AM Sinik mendesak generasi muda, terutama para remaja, mahasiswa dan kalangan pelajar untuk bangkit dan jangan mau jadi penonton di negerinya sendiri.
"Saya prihatin, sumber daya alam di Langkat melimpah ruah, namun kita hanya terdiam dan hanya jadi penonton," kata Azhari AM Sinik pada acara dialog Sejarah Napak Tilas Kejayaan dan Keruntuhan Kesultanan Langkat Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU), berfoto bersama, di Gedung Sekolah Tinggi Agama Islam Jam'iyah Mahmudiyah Tanjung Pura, Langkat, Sumut, Sabtu (12/10/19).
Hadir dalam acara itu, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Hj R Sabrina, mewakili Gubsu, Kadis Kabudayaan dan Pariwisata Sumut Ria N Telaumbanua, Kepala Balai Permukiman dan Perumahan Sumut Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Syafriel Tansier, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Sumut Ida Mariana, T Isfan Zulfikar Kepala UPT Pengelolaan Irigasi Belawan Padang mewakili Kepala Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Sumut, Kepala Balai Pemukiman dan Perumahan Sumut Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR, Syafriel Tansier, S,T, Mt. mewakili Gubsu, mewakili Dandim 0203, dll.
Turut hadir juga Sultan Langkat Sri Paduka Tuanku Sultan Azwar 'Abdu'l Jalil Rahmad Shah alp-Haj Ibni al-Marhum Tengku Maimun, para perwakilan kerajanan dan kesultanan Langkat. Hadir juga para narasumber, di antaranya Dr Phil Ichwan Azhari, Dr Muaz Tanjung, Drs Sohibul Anshor Siregar, MSi, dan moderator Indra Buana Tanjung SH.
Lebih lanjut, Direktur LIPPSU Azhari AM SInik menegaskan, dengan kondisi Langkat yang belum terperhatikan, saatnya kini generasi muda untuk bangkit membangun negerinya dengan membangun idealisme, agar nantinya kabupaten yang menjadi saksi berdirinya kesultanan Langkat di Sumatera Timur dapat setara dengan kabupaten di Indonesia.
"Melalui dialog sejarah yang diselenggarakan LIPPSU, kita berharap generasi muda bangkit dan menjadikan momen kegiatan ini menjadi bagian dari upaya membangkitkan idealisme peradaban, dan membuat Langkat yang direprsentasikan sebagai bangsa Melayu bangkit kembali.
“Maka hari ini saya berharap, dalam momentum ini, kita bangkit, masyarakat dan tokoh-tokoh Melayu,” ujarnya.
APRESIASI
Di tempat yang sama, Sekda Provsu Hj R Sabrina mewakili Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, pihaknya mengapresiasi dialog sejarah ini. Kesultanan Melayu Islam Langkat adalah salah satu dari berbagai ragam pemberi warna dalam sejarah Republik Indonesia, dia mengatakan transfer informasi sejarah ini sangat penting bagi generasi masa sekarang.
Sumatera Utara (Sumut) memiliki banyak peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, termasuk peninggalan sejarah Kesultanan Langkat. Dialog sejarah tersebut diharapkan dapat menjadi sarana mentransfer informasi sejarah kepada generasi bangsa. Sehingga dapat memberi pemahaman dan meningkatkan rasa cinta generasi muda pada tanah air.
Selain itu, Dialog Sejarah tersebut juga diperlukan untuk membangkitkan idealisme kebangsaan dan persatuan, serta memunculkan rasa kecintaan terhadap etika, adab, dan budaya Melayu Langkat sebagai warisan berharga.
“Hal tersebut juga dapat menjadi pembelajaran agar kejadian pada masa lalu tidak terulang kembali. Terutama pada peristiwa revolusi sosial yang terjadi pada tahun 1946,” ujarnya.
“Sejarah Kesultanan Melayu, mulai dari pra republik hingga masa keruntuhannya perlu jadi perhatian kita, untuk mentransfer informasi sejarah kepada generasi saat ini,” tambah Sabrina. Kepada semua pihak terkait, mulai dari pemerintah kabupaten/kota hingga pemangku adat, diingatkan untuk terus saling bersinergi.
Khususnya dalam hal revitalisasi dan pelestarian peninggalan sejarah Melayu. Dengan adanya pelestarian atau revitalisasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
“Pelestarian peninggalan sejarah diharapkan dapat tercipta kawasan wisata bernuansa budaya, sejarah, dan religi yang dapat pula menambah pendapatan asli daerah,” tambah Sabrina.
Sementara itu, Sultan Langkat Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj mengatakan sejarah harus ditulis di atas fakta bukan berdasarkan imajinasi maupun fiksi.
“Dialog sejarah tersebut merupakan momentum penting bagi masyarakat Langkat. Apalagi Langkat sudah memberikan kontribusi bagi Republik Indonesia. Karena itu, momen ini sangat penting sekali,” tambahnya. Acara diakhiri dengan penyerahan cindera mata kepada Sekda, kepala dinas dan narasumber. (Partono)
Komentar
Posting Komentar