KILASBERITA
– Tim dari Universitas Sumatera Utara melakukan
aplikasi pemanfaatan botol yang dinamakan Botol Sosas (Sori-Syarifah) kepada
warga binaaan Tanjunggusta, Kecamatan Medan Helvetia. Aplikasi ini dimaksudkan
untuk memberikan penyuluhan sekaligus
manfaat pencegahan penyakit Tuber Tuberkulosis (TB) Paru kepada warga binaan
dan masyarakat sekitar.
“Aplikasi
dari Botol Sosa ini merupakan satu satu pengabdiandari Tridharma Perguruan
Tinggi yang merupakan kewajiban dari dosen di samping tugasnya sebagai tenaga
pengajar di kampus,” kata dua tim Mahaguru Pengabdian USU, yaitu Prof dr
Sorimuda Sarumpaet, M.PH dan Dra Syarifah, MS dalam keterangan tertulisnya,
yang diterima wartawan, di Medan, kemarin.
Menurut
keduanya, melalui kegiatan ini, para dosen bisa memberikan kontribusinya
langsung kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan ataupun pengaplikasikan dari
hasil penelitian yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
.
Keduanya
telah melaksanakan pengaplikasian manfaat Botol SOSA kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Klas 1 dan Rutan Tanjung Gusta. Aplikasi tersebut
merupakan hasil penelitian yang telah didapatkan sebelumnya, yang bermanfaat mengurangi
risiko penularan TB Paru kepada lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Prevales
rate TB Paru di Sumatera Utara 794/100.000 penduduk dan Insidens Rate
501/100.000 penduduk dengan kematian akibat TB 41/100.000 penduduk. Insidens rate TB di Kota Medan diperkirakan 129 per 100.000
penduduk.
Seperti
diketahui, dari pengamatan selama ini penularan TB Paru di Lapas dan rutan
lebih tinggi dibanding dengan masyarakat umumnya di luar Lapas. Pada tanggal 20
Juni 2019, telah dilaksanakan kegiatan dengan memberikan edukasi mengenai
penyakit TB Paru.
Kantong
SOSA (Sori Syarifah) wadah yang diisi dengan lisol 5-20 % dapat membunuh kuman
TB dalam dahak, kantong ini juga disertai pesan promosi kesehatan. Kantong SOSA
pernah diuji coba dalam upaya pemutusan rantai penularan TBC Paru dengan
penilaian masa penularan yang masih singkat sehingga belum didapatkan hasil
yang signifikan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi kantong
SOSA dan botol SOSA menganalisa efektivitas
kantong SOSA dan botol SOSA.
Dalam
kegiatan tersebut dilakukan simulasi cara membuang dahak yang benar, penggunaan
masker dan tisu agar tidak menularkan kepada orang sekitarnya melalui botol SOSA yang diberikan kepada
penderita TB di Lapas dan Rutan Tanjung Gusta Kota Medan.
RESPON
BAIK
Kegiatan
tersebut mendapat dukungan dan respon yang sangat baik dari Kepala Divisi
Pemasyarakatan Provinsi Sumatera Utara Mhd Jahari Sitepu, SH, M Si. serta
petugas kesehatan di lapas dan rutan yaitu dr Dinda dan dr Sherly. Melalui
kegiatan ini diharapkan penularan TB Paru di lapas dan rutan akan dapat menurun
dan selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan WBP di lapas dan rutan.
Populasi
seluruh penderita TBC Paru BTA+ yang berobat ke Puskesmas kota Medan dari bulan
Maret sampai Juli 2018 berjumlah 125 penderita dan analisa menggunakan uji
Kruskal-Wallis da Mann-Whitney.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peran PMO, kepatuhan minum obat, kebiasaan
menggunakan masker, kebiasaan membuang dahak dan perilaku mencegah penularan
melalui lingkungan ternyata penggunaan kantong dan botol SOSA lebih efektif dibandingkan
dengan kelompok nonintervensi (p<0,05).
Demikian
juga botol SOSA lebih efektif dan lebih dapat diterima oleh penderita TBC Paru
dalam menurunkan risiko penularan TB Paru dibandingkan dengan kantong SOSA
(p=0,039). Direkomendasikan kepada petugas TB puskesmas agar lebih memotivasi
dan mengedukasi penderita TBC Paru untuk menggunakan botol SOSA sebagai wadah
tempat membuang dahak, masker dan tisu habis pakai.
Penderita
TBC Paru dianjurkan patuh minum obat sesuai dengan anjuran petugas TB
Puskesmas, selalu memakai masker ketika batuk dan membuang dahak pada botol
SOSA. Penderita TBC Paru dan orang sekitarnya dianjurkan untuk selalu melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). (erniyati)
Komentar
Posting Komentar