KILASBERITA 65 - DPRD Sumut mensinyalir para tengkulak ikut memainkan harga Tandan Buah Segar (TBS) sehingga harganya semakin anjlok.
Karenanya, DPRD Sumut desak Pemprovsu dan asosiasi petani serta pengusaha stabilkan harga Tandan Buah Segar atau TBS, yang akhir-akhir ini bergejolak diduga akibat ulah tengkulak.
“DPRD desak Pemprovsu stabilkan harga TBS, yang kini sudah bergerak jauh dari batas normal Rp 1.000 per kilogram,” kata anggota DPRD Sumut, H Santoso, SH (foto) di Medan, Senin (11/5).
Politisi Demokrat ini khawatir, memasuki bulan Ramadahan ini, pergerakan harga TBS di sejumlah kabupaten/kota sudah bergeser dari price track (harga pijakannya).
Yakni, Rp 1.736,74/kg sebagaimana ditetapkan Tim Penetapan Harga TBS Provinsi yang terbentuk berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/215/KPTS/2017.
Bahwa harga TBS Provinsi Sumatra Utara periode 22-28 April 2020 tertinggi untuk umur 10-20 tahun sebesar Rp 1.736,74/kg.
“Saya amati di pasaran, tampaknya ada permainan harga antara 40-50 perak per kg,” kata anggota DPRD Sumut dari Dapil V yang meliputi Asahan, Kisaran, Batubara dan Tanjungbalai ini.
Pihaknya menduga ini dilakukan para tengkulak, sehingga masyarakat petani semakin terjepit.
Dia pun khawatir dengan pandemi Covid-19, ekonomi akan semakin hancur dan lumpuh, jika pemerintah bersama kalangan asosiasi tidak mengambil langkah untuk menstabilkan harga TBS.
“Saya mewakili rakyat dan dari Dapil V Asahan, berharap ada langkah tegas dari Pemprovsu, jangan sampai TBS menyentuh angka di bawah Rp.1000 kg," katanya.
Selama beberapa minggu terakhir, Santoso mengaku dihajar habis dengan pergerakan harga TBS, yang mencakup di Batubara.
Pihaknya berharap Gubsu menurunkan tim untuk proaktif memantau pergerakan harga TBS sampai ke tingkat petani sawit dan menidak tegas tengkulak yang mempermainkan harga-harga untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Kembali Naik
Berdasarkan informasi, Harga TBS sawit di Sumatra Utara (Sumut) pekan ini kembali naik. Pekan lalu harga tertinggi merangsek naik ke 1.525/kg dari pekan sebelumnya hanya Rp 1.385/kg, pekan ini harga tertingginya sudah mencapai Rp 1.645/kg.
Dari 14 daerah penghasil sawit di Sumut, harga TBS di 13 daerah sudah di atas Rp 1.500/kg. Hanya Kabupaten Mandailing Natal yang harganya di bawah Rp 1.500/kg.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, mengatakan, harga yang kembali berada di atas Rp 1.500/kg membuat petani berharap harganya bisa mendekati harga di awal tahun.
Pada 2020, harga TBS sempat menembus level Rp 2.000/kg. Begitupun petani tetap senang dengan harga yang diterima saat ini, karena harga TBS sangat rentan turun di tengah pandemi Covid-19.
Pasalnya, banyak negara tujuan ekspor sedang lockdown yang otomatis membuat permintaan CPO sepi hingga berdampak terhadap harga jualnya.
Sementara harga rata-rata minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) lokal dan ekspor Rp 7.936,33/kg. Untuk rata-rata harga kernel Rp 4.544/kg. (erniyati)
Karenanya, DPRD Sumut desak Pemprovsu dan asosiasi petani serta pengusaha stabilkan harga Tandan Buah Segar atau TBS, yang akhir-akhir ini bergejolak diduga akibat ulah tengkulak.
“DPRD desak Pemprovsu stabilkan harga TBS, yang kini sudah bergerak jauh dari batas normal Rp 1.000 per kilogram,” kata anggota DPRD Sumut, H Santoso, SH (foto) di Medan, Senin (11/5).
Politisi Demokrat ini khawatir, memasuki bulan Ramadahan ini, pergerakan harga TBS di sejumlah kabupaten/kota sudah bergeser dari price track (harga pijakannya).
Yakni, Rp 1.736,74/kg sebagaimana ditetapkan Tim Penetapan Harga TBS Provinsi yang terbentuk berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/215/KPTS/2017.
Bahwa harga TBS Provinsi Sumatra Utara periode 22-28 April 2020 tertinggi untuk umur 10-20 tahun sebesar Rp 1.736,74/kg.
“Saya amati di pasaran, tampaknya ada permainan harga antara 40-50 perak per kg,” kata anggota DPRD Sumut dari Dapil V yang meliputi Asahan, Kisaran, Batubara dan Tanjungbalai ini.
Pihaknya menduga ini dilakukan para tengkulak, sehingga masyarakat petani semakin terjepit.
Dia pun khawatir dengan pandemi Covid-19, ekonomi akan semakin hancur dan lumpuh, jika pemerintah bersama kalangan asosiasi tidak mengambil langkah untuk menstabilkan harga TBS.
“Saya mewakili rakyat dan dari Dapil V Asahan, berharap ada langkah tegas dari Pemprovsu, jangan sampai TBS menyentuh angka di bawah Rp.1000 kg," katanya.
Selama beberapa minggu terakhir, Santoso mengaku dihajar habis dengan pergerakan harga TBS, yang mencakup di Batubara.
Pihaknya berharap Gubsu menurunkan tim untuk proaktif memantau pergerakan harga TBS sampai ke tingkat petani sawit dan menidak tegas tengkulak yang mempermainkan harga-harga untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Kembali Naik
Berdasarkan informasi, Harga TBS sawit di Sumatra Utara (Sumut) pekan ini kembali naik. Pekan lalu harga tertinggi merangsek naik ke 1.525/kg dari pekan sebelumnya hanya Rp 1.385/kg, pekan ini harga tertingginya sudah mencapai Rp 1.645/kg.
Dari 14 daerah penghasil sawit di Sumut, harga TBS di 13 daerah sudah di atas Rp 1.500/kg. Hanya Kabupaten Mandailing Natal yang harganya di bawah Rp 1.500/kg.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, mengatakan, harga yang kembali berada di atas Rp 1.500/kg membuat petani berharap harganya bisa mendekati harga di awal tahun.
Pada 2020, harga TBS sempat menembus level Rp 2.000/kg. Begitupun petani tetap senang dengan harga yang diterima saat ini, karena harga TBS sangat rentan turun di tengah pandemi Covid-19.
Pasalnya, banyak negara tujuan ekspor sedang lockdown yang otomatis membuat permintaan CPO sepi hingga berdampak terhadap harga jualnya.
Sementara harga rata-rata minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) lokal dan ekspor Rp 7.936,33/kg. Untuk rata-rata harga kernel Rp 4.544/kg. (erniyati)
Komentar
Posting Komentar