Gerakan Sekolah Menyenangkan Solusi Atasi Masalah Pendidikan



SALAH seorang narasumber menyampaikan paparannya pada pada Sosialisasi GSM dengan tema Berubah, Berbagi dan berkolaborasi di gedung Serbaguna SMKN 14 Jalan Karya Dalam No 26 Medan, Rabu 04 November lalu. Kilasberita/Ist


MEDAN (KILASBERITA) : Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diharapkan menjadi solusi atasi masalah pendidikan di Indonesia.  Karena GSM mampu menyeimbangkan dan memaksimalkan pengusaan kemampuan kompetensi kognitif, psikomotorik (hard skills), afektif (soft skill) serta integrity melalui pembelajaran lebih terbuka, merdeka, menghargai perbedaan, dan saling menghormati.

Hal ini disampaikan  Kepala Sekolah SMKN 14, Nurlela Spd, pada Sosialisasi GSM dengan tema Berubah, Berbagi dan berkolaborasi di gedung Serbaguna SMKN 14 Jalan Karya Dalam No 26 Medan, Rabu 04 November lalu. 

Hadir di sana, Kepala UPT Medan Selatan Dinas Pendidikan Sumut, Drs Ramadhan Zuhri Bintang, dan sejumlah narasumber, di antaranya Pariaman Saragih serta puluhan guru di SMKN 14. 

Menurut Nurlela, sosialisasi yang digelar ini merupakan tindaklanjut hasil kunjungan workshop di Yogyakarta, 29 September-3 Oktober 2020 lalu. 

Undangan berasal dari Dirjen Pendidikan Vokasi No 1890/D/TU/2020 tertanggal 24 September 2020 bersama Waka Humas Ahmad Anwar Siregar, dan Kepala Program Studi (Prodi). 

Mereka menghadiri workshop bertema “Penguatan Eksosistem SMK melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan Bagi Pengelola Balai Besar/Balai Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi dan Sekolah Menengah Kejujuran, yang dibuka langsung Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto. Hadir juga motivator Muhammad Nur Rizal.

Dijelaskan Nurlela, dengan sosialisasi GSM, para guru diharapkan dapat memahami tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) untuk ikut menyiapkan siswa jadi anak didik yang lebih mandiri, kreatif dan produktif.

"Kita berkeyakinan, GSM jadi salah satu solusi permasalahan pendidikan, karena memberikan warna dan makna baru dalam metode dan model pendidikan, " katanya.

Adapun yang diusung adalah konsep pendidikan yang mandiri dan merdeka, dengan tagline "Berubah, Berbagi dan Berkolaborasi". 

Kepsek Nurlela menjelaskan, saat ini permasalahan pendidikan yang dihadapi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), di antaranya kurangnya link and match antara kurikulum sekolah dengan dunia usaha.

Kemudian, tingginya pengangguran siswa sekolah kejuruan dibanding SMA, yang berkaitan dengan pengusaan, kompetensi tamatan rendah, psikomatik, kognitif, softskill, integrity. 

Nurlela juga menyoroti model pengajaran yang terkesan kurang menarik, dan lingkungan sekolah yang menyenangkan, sehingga sangat membosankan para siswa. 

SEPERTI ROBOT

Dengan masalah tersebut, tamatan SMK sulit bersaing dengan bangsa lain dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. "Selanjutnya,  mereka hanya jadi pekerja tanpa pernah berpikir menjadi pengusaha," katanya.

Dan yang lebih menyedihkan, siswa SMK akan seperti robot, karena tidak merdeka dan mandiri dalam proses pendidikan, dan cilakanya akan menjadi babu di negeri sendiri.

Untuk mengatasi hal itu, Nurlela mengatakan, dengan konsep GSM, pihaknya berusaha menjawab kegelisahan para penentu kebijakan, masyarakat, stake holder tentang mutu pendidikan di Indonesia.

"Karena, GSM mampu menyeimbangkan dan memaksimalkan pengusaan kemampuan kompetensi kognitif, psikomotorik (hard skills), afektif (soft skill) serta integrity melalui pembelajaran lebih terbuka, merdeka, menghargai perbedaan, dan saling menghormati.

Dengan demikian, GSM diharapkan akan menimbulkan perubahan pola pikir siswa menjadi lebih produktif, kreatif dan inovatif.

Kepala UPT Medan Selatan Dinas Pendidikan Sumut, Drs Ramadhan Zuhri Bintang merespon positif dan mendukung sosialisasi GSM di SMKN 14. "Kita berharap GSM jadi kesempatan dan harapan bagi siswa untuk terus mengembangkan potensi diri," imbuhnya.(erniyati)


Komentar