Zonasi Bukan Segalanya



MEDAN 

Sejumlah orangtua mengaku khawatir masa depan anaknya, setelah tidak lolos sekolah SMA 3 Medan, walau daerah tempat tinggal mereka tak jauh dari sekolah tersebut.

Kepada Kepsek SMA 3 Elfi Sahara, para orangtua tersebut meminta petunjuk agar anaknya tetap kuat mental jika tidak lulus zonasi. "Zonasi bukanlah segalanya, emas itu tetap berkeliau di mana pun dia berada," kata Elfi.

Menurut Elfi, pada umumnya anak menjadi pintar bukan semata karena dia diajar oleh guru yang terbaik, tetapi karena memang anak tersebut sudah pintar sejak awal.

Dengan demikian, di sinilai peran orangtua untuk mendorong anaknya lebih semangat.

"Jangan karena tidak lolos zonasi walau itu hak anak, kita jadi putus asa. Anak saya saja tak lulus zonasi, tetapi tetap semangat dan sekarang sudah jadi dokter," cerita Elfi.

Menurutnya, adalah benar jika sekolah sistem zonasi diharapkan dapat mengontrol kedekatan anak dengan sekolahnya, selain membuat mereka bersemangat. 

Persepsi masyarakat tentang sekolah favorit masih kuat namun perlu diingat setiap sekolah bisa menjadi sekolah favorit.

Stigma bahwa suatu sekolah itu sekolah favorit masih muncul dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui sistem zonasi.  "Stigma sekolah favorit masih melekat dan sistem zonasi ini tidak mampu mengubah stigma yang telanjur mendarah daging di masyarakat tersebut," kata Elfi

Menurut dia, sistem zonasi merupakan keputusan politik yang bersiftanya struktural dan top down. Padahal mengubah persepsi masyarakat terhadap sekolah favorit membutuhkan kebijakan kultural.

Sudah menjadi stigma masyarakat umum bahwa sekolah favorit berarti lingkungan pertemanannya baik dan kompetitif, sehingga dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar dan menunjukkan hasil belajar yang lebih baik.

Namun Elfi meningatkan orangtua untuk terus mendorong anaknya tetap semangat untuk mengejar cita-cita, meski bukan di sekolah favorit sistem zonasi. (erniyati)

Komentar