Jembatan Sei Wampu
MEDAN
Warga Langkat berharap Balai Besar Jalan Nasional (BBPJN) I melaui PPK 04 di bawah Satker Alfakih dapat meneruskan pembangunan jembatan Sei Wampu di Langkat sudah mangkrak alias terbengkalai.
Hal ini disampaikan Rahman, warga Stabat kepada wartawan di Medan, Senin (7/2), menyikapi permasalahan jembatan berbiaya Rp 75 miliar dari APBN.
"Kita percaya BBPJN I berpikir serius bagaimana melanjutkan pembangunan jembatan tersebut," katanya.
Dari berbagai laporan, masalah jembatan Sei Wampu itu terkendala karena pemangkasan anggaran anggaran proyek, khususnya pada sesi pekerjaan yang belum dilaksanakan atau dana yang belum sempat terserap.
Terpisah, warga kota Stabat, Bun Ho, menyebutkan, masyarakat sangat berharap jembatan tersebut dirampungkan pengerjannya,
"Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan bagi kita, apalagi mereka yang ingin melintasi jalan dari Medan menuju Aceh ataupun sebaliknya dari Aceh menuju Medan pada hari-hari besar dipastikan akan terjadi kemacatan." katanya menambahkan.
Menurut Bun Ho, jembatan yang ada sekarang kondisinya sangat memprihatinkan sekali, dimana penghubung antara besi jembatan dengan besi lainnya sudah goyah.
Belum lagi di tengah-tengahnya aspal sudah menggelupas, sehingga berlobang dan harus ekstra hati-hati bila melintasinya. Hal itu juga salah satu yang membuat terjadi kemacatan.
Warga kota Pangkalan Brandan, Sapri, yang setiap hari melintas menuju kota Stabat juga mempertanyakan kapan jembatan itu rampung dibangun, padahal sudah dilaksanakan dalam tiga tahun terakhir.
"Bila jembatan rampung pada saat Idul Fitri tahun ini dipastikan tidak ditemukan lagi kemacatan seperti Idul Fitri tahun lalu," ungkapnya.
Sapri juga menyampaikan kemacatan sering terjadi hampir setiap hari, apalagi bila pagi hari, saat anak-anak berangkat ke sekolah, dan para pegawai, karyawan berangkat kerja.
Sementara badan jembatan yang dilintasi berlobang dan menggelembung, terpaksa pemilik kendaraan harus pelan-pelan melintasinya.
"Kami berharap kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat menegur rekanan yang mengerjakan jembatan tersebut agar secepatnya dirampungkan," pintanya.
Tahun 2019, Komisi D yang datang bersama Pimpinan DPRD Langkat untuk menindak lanjuti dan mempertanyakan ke Dirjen Bina Marga Kementerian di Jakarta untuk mengetahui mengapa pembangunan jembatan itu berhenti, ternyata pembangunan jembatan itu telah diputus kontrak, namun saat ini pengerjaannya kembali dilelang dan sudah ada pemenangnya, tinggal menunggu pelaksanaannya saja, jelas pihak Dirjen Bina Marga.
Diketahui bahwa diputusnya kontrak proyek jembatan Sei Wampu dibawah naungan Dirjen Bina Marga Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional-1 (BBJN-1) Sumatera Utara karena ada kesalahan kontraktor termasuk keterlambatan pengerjaan di lapangan sehingga diambil tindakan.
Sesuai hasil pertemuan dengan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR itu, pihak Dirjen berjanji akan menyelesaikan pembangunan jembatan Sei Wampu yang sempat terhenti pengerjaannya sesuai dengan perencanaan awal, jembatan nantinya diprediksi akan rampung akhir tahun 2019 ini.
Sesuai hasil pertemuan itu, jembatan Sei Wampu segera dikerjakan kembali setelah diketahui adanya pemenang tender.
Komisi D DPRD Langkat turut melakukan pengawasan mengingat selama ini, pihak Komisi D tidak mengetahui secara persis proyek itu, termasuk RAB dan gambar proyek jembatan dimaksud.
Untuk diketahui, jembatan Sei Wampu yang membelah Sungai Wampu Stabat yang merupakan urat nadi kota Stabat akan dibangun melengkung seperti jembatan Barelang yang ada di Kota Batam yang mulai dikerjakan sejak awal Nopember 2015 lalu. Proyek jembatan ini berbiaya Rp. 57,2 milyar yang pengerjaannya oleh PT. Karya Agung Nadajaya dan konsultan supervise PT. Purnajasa Bimanapratama dengan masa waktu 810 hari kalender. (erniyati)
Komentar
Posting Komentar