KADIS KESEHATAN ISMAIL LUBIS: KITA SATU KOMANDO TANGANI GAGAL GINJAL AKUT


Kadis Kesehatan Ismail Lubis


MEDAN (Waspada): Kadis Kesehatan Ismail Lubis (foto) menegaskan kembali komitmennya untuk satu komando bersama jajarannya di kabupaten/kota, terkait penanganan CGA. 

"Kita semuanya satu suara, satu komando untuk bersama menangani penyakit gagal ginjal akut yang dialami bayi dan anak," kata Ismail dalam rapat dengan Ketua Komisi E DPRD Sumut Syamsul Qamar meminta Dinas Kesehatan (Dinkes), Balai Besar Pengawasan Obat dan Minuman (BBPOM), Senin (7/11).

Menurut Ismail, semua pihak sudah bekerja keras melakukan  pengujian sampel, pemeriksaan obat sirop yang diduga mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DDG), yang diduga memicu GGA dan sosialisasi kepada masyarakat.

"Ini kembali saya imbau untuk menjaga kesehatan, dan jika terkait penyakit GGA, saya anjurkan untuk membeli obat di apotek dengan label yang dianjurkan, dan jika ditemukan gejala awal GGA, bawalah ke rumah sakit H Adam Malik, tidak dipungut biaya," katanya.

Dalam pertemuan itu, Ketua Komisi E DPRD Sumut Syamsul Qamar meminta Dinas Kesehatan (Dinkes), Balai Besar Pengawasan Obat dan Minuman (BBPOM), dan jajaran terkait untuk bersama mencegah informasi simpang siur terkait obat sirop yang diduga memicu penyakit gagal ginjal akut (GGA). 

"Kita minta mari bersama satu suara menyampaikan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada orangtua yang anaknya mengalami sakit yang berkaitan dengan  GGA," kata Syamsul. 

Setelah Komisi E DPRD Sumut melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke BBPOM (Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan) di Medan, Selasa sore (25/10), masyarakat mulai tahu, dan lega.

Alasannya, karena dari hasil sidak, ditemukan sekitar 4.000 kotak atau lebih kurang 5 mobil box produk sirop diduga mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DDG), yang diduga memicu GGA.

"Kemudian dari jajaran kepolisian sudah mengambil tindakan setelah menemukan indikasi cemaran  itu, yang melebihi ambang batas aman 0,5 mg/kg berat," katanya.

Kepada pemerintah mulai dari pusat hingga provinsi, Syamsul juga meminta untuk hati-hati mengeluarkan surat edaran, karena terkadang disikapi berlebihan oleh aparat yang melakukan sidak obat sirop di apotek, dan toko obat, sehingga membuat pemilik obat ketakutan  "Di Jawa, sidak malah dipimpin seorang menteri," ujarnya.

Menyikapi itu, Kadis Kesehatan Ismail Lubis menegaskan kembali komitmennya untuk satu komando bersama jajarannya di kabupaten/kota, terkait penanganan CGA. "Saya imbau belilah obat di apotek dengan label yang dianjurkan, juga jika ditemukan gejala awal GGA, bawalah ke rumah sakit H Adam Malik, tidak dipungut biaya," katanya.

Terkait hal itu, Kepala BBPOM Medan, diwakili Gita Baringin selaku Kordinator pemeriksa, menyebutkan, pihaknya bekerja sama dengan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri untuk menangani kasus GGA.

Dari hasil pemeriksaaan, telah dilakukan upaya hukum terhadap produsen, importir umum yang diduga menyalurkan obat sirup dengan kandungan tambahan EG/DDG, yang melebihi ambang batas.

Pihaknya sudah bekerja termasuk hari Sabtu dan Minggu terus melakukan penyelidikan epidemologi terhadap kasus sirop bermasalah, melakukan pengumpulan sampel yang dikonsumsi selama sakit dan mengiriman spesimen dari fasilitas layanan kesehatan ke Labkesda di daerah.

"Yang paling penting, kami terus menerus melakukan sosiasisasi kepada masyarakat tentang edukasi obat yang dianjurka dikonsumsi dan langkah pencegahan GGA," katanya.

Berdasarkan data terakhir, total kasus GGA tercatat sebanyak 15 kasus, sembuh 3 orang, dalam perawatan 1 orang, dan meninggal  orang. Untuk yang masih dirawat RS HAM, hingga kini dilaporkan sudah mengalami pemulihan.

Untuk soslialisasi, BPOM juga sudah menerbitkan buku Penjelasan BPOM RI tentang Informasi Hasil Pengawasan BPOM terkait Obat  Sirop.

Gita menyarankan kepada masyarakat dan orangtua yang anaknya mengalami susah buang air kecil, dan kencing sedikit, dan demam tak wajar agar segera memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan RS H Adam Malik.  (erniyati)


Komentar