MEDAN.
Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr dr
Ridha Sp BS (K) ungkap generasi berkualitas membuka peluang besar bersaing ke
luar negeri.
"Mereka anak (SMK) saat ini diharapkan bisa siap kerja jika berkualitas. Tak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri seperti Korea dan Jepang yang kita tahu mereka memiliki SDM yang begitu terbatas," ungkap Prof Ridha saat mensosialisasikan gadget sehat di SMKN 4 Medan, Jalan Sei Kera, Senin (18/12).
Apalagi kata Prof Ridha, industri yang ada di Indonesia belum bisa menampung jumlah tamatan yang cukup tinggi. "Artinya kalau memang pemerintah bisa membangun industri dan berkembang tentu bisa menampung SDM kita. Kalaupun tidak, pesan saya adinda sekalian jangan membatasi diri dan menganggap tak punya kesempatan bekerja, karena kita berpeluang ke luar negeri, asal tadi seperti yang saya bilang, harus tamatan berkualitas yakni pintar, sehat dan berahlakul karimah," ucap Prof Ridha.
Prof Ridha juga mengingatkan kepada ratusan pelajar SMKN 4 yang hadir agar mengenali bahaya gadget yang tidak tepat bisa menggagalkan para generasi muda meraih cita-citanya.
Penggunaan gadget yang tidak tepat lanjut Prof Ridha akan berakibat terhadap kelumpuhan atau kecacatan.
Alhasil, situasi bonus demografi yang dihadapi Indonesia
justru bisa tidak bisa dimanfaatkan dan peluang untuk bersaing dengan negara
lain akan berat untuk dicapai.
Prof Ridha menjelaskan mengenai dua faktor penyebab penggunaan gadget yang tidak tepat, yakni, posisi dan durasi. "Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu.
Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak. "Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.
Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.
"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.
Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang. "Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.
Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.
Untuk itu pesannya kepada seluruh siswa untuk memanfaatkan bonus demografi agar tidak berubah jadi bencana. "Karena agar bisa berkualitas yakni pintar, sehat dan memiliki ahlak yang baik bukan lagi pilihan tapi suatu kewajiban," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, kepala sekolah Fahriza Marta Tanjung M, Pd diwakili Waka kurikulum dan program, Jumari Sinaga SS MPd, menyambut baik kedatangan Prof Ridha dan tim GGSI.
"Kita berharap edukasi yang diberikan Prof Ridha bisa dimanfaatkan para siswa agar ke depannya melahirkan tamatan yang berkualitas," katanya.
Turut hadir Tim GGSI yang mendampingi, Nurahman SPd, Abdul Aziz ST, dan Ahmad Syukri SAg. (erniyati)
Komentar
Posting Komentar