Akhyar Nasution
MEDAN
Akhyar
Nasution mantan Walikota Medan periode 2016-2021 mengembalikan kejayaan Kota
Medan sekaligus mengajak masyarakat Medan sama-sama bangkit, jika dia diberi
amanah memimpin Kota Medan.
Hal
ini ditegaskan Akhyar Nasution pada
Kamis (23/5/2024) pagi saat diwawancarai di kediamannya, di Jalan
Intertip Medan.
“Benar, saya sudah mendaftarkan formulir di tiga partai. Rencana dalam waktu dekat partai lain menyusul (untuk mendaftarkan diri). Nah kenapa saya masih menawarkan diri. Kalau memang tenaga dan pikiranku masih dibutuhkan masyarakat Kota Medan, Ahamdulillah. Kalau ada partai masih mau mencalonkan aku, Alhamdulillah,” ucapnya.
Akhyar mengatakan bahwa keinginannya kembali berjuang di sebagai orang nomor 1 di Medan pada Pilkada 2024 ini hanya untuk mengembalikan kejayaan Kota Medan sekaligus mengajak masyarakat Medan sama-sama bangkit.
“Kota Medan sedang tidak baik-baik saja, tapi, saya tidak menyalahkan atau menunjuk siapa-siapa. Hanya saja ini secara faktual kelihatan bahwa Medan saat ini sudah seperti ini. Tidak bisa hanya one man show, makanya motivasi saya, ayo bersama-sama!.
Saya mengajak, ayo bangkit anak Medan. Kalau begini terus, kita akan merosot. Motivasi saya, ayo, bukan saya muluk-muluk bisa menyelesaikan, tidak, tapi Ayo dong!. Saya mengajak kita bangkit, bangkit dong, bangkit. Kalau kita begini terus kita semakin terperosok. Professor Reinald Kasali sudah ngomong, kita (Medan) sekarang sudah nomor enam,” sebutnya.
Pernyataan tersebut menurutnya bukan karena ingin menyalahkan siapa-siapa, tetapi memang sudah faktual dan ada data. “Sebagai anak Medan, kakek-nenekku lahir juga di Medan, jadi kota ini kotaku. Kota Medan saat ini. Beberapa hari ini, melintas di media sosial (medsos) saya perkataan Profesor Reinald Kasali tentang kota-kota besar di Indonesia. Ternyata kota besar di Indonesia itu, kota pertama yakni DKI Jakarta, kota ke 2 Bekasi, ke 3 Surabaya, ke 4 Depok, ke 5 Bandung, dan nomor 6 Medan. Fakta itu Profesor Reinald Kasali yang ngomong,” paparnya.
Dijelaskannya, secara faktual, Medan menjadi seperti ini salah satunya karena penggerak ekonomi kota ini sudah tidak aktif lagi. “Coba kita lihat Kota Medan sekarang ini. Saya tidak punya angka-angka, tapi saya melihat.
Saya juga tidak mengatakan salah siapa, tapi ini faktual. Dan sekali lagi ini bukan karena si A karena si B, tetapi ini gradual, time series. Kita lihat beberapa titik penggerak ekonomi di Medan itu sudah tidak aktif lagi, baik yang dimiliki Pemko maupun swasta. Yang dimiliki Pemko di antaranya, Medan Mall, Novotel Soechi, Pajak Pringgan, ada peraturan regulasi yang menghambat itu untuk disewakan kembali. Ke dua, pihak swasta, Aksara Plaza terbakar dan Medan Plaza juga terbakar.
Dan terakhir, daerah sekitar Jalan Sisingamangaraja, hotel-hotel (penggerak ekonomi) habis. Tadi ada anak muda saya coba tanya berani tidak jalan di sekitar itu malam hari, mereka orang Medan saja menyatakan tidak berani. Nah, kalau orang Medan saja tidak berani, bagaimana orang luar mau datang ke kota ini,” katanya.
Kota Medan, menurutnya, yang sedang dalam kondisi seperti ini harus dicarikan jalan keluarnya. “Saya tidak menunjuk siapa-siapa, tapi faktual yang harus kita carikan jalan keluarnya. Itulah salah satu motivasi saya. Bukan saya hebat menyelesaikan itu dalam waktu satu-dua tahun, tidak!.
Tetapi, kita sadar, bangunkan warga Medan ini, kesadaran bersama bahwa kota kita sedang mengalami hal yang begini. Ayo sama-sama, macam mana (caranya). Tidak bisa hanya one man show menyelesaikan Kota Medan ini,” tegasnya.
Karena itu, tegasnya, sebagai anak Medan, dia akan terus berjuang bahkan jika hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Karena menurutnya, meskipun jika (partai) tidak menyambut, dia mengatakan tidak juga terbawa perasaan.
“Motivasi saya (kembali ikut Pilkada) hal-hal itu. Mudah-mudahan, Insya Allah, ada partai yang mau mencalonkan saya. Tapi jangan ditanya, Akhyar kau bisa berapa kasi duit sama kami, kalau itu, saya ‘angkat tangan’. Karena aku tidak mau jadi maling, sudahlah aku mau balek lagi jadi petani saja, berladang, aku nikmati pekerjaan sebagai petani, happy, badan sehat, kena sinar matahari.
Tapi kalau masyarakat masih beranggapan mau pilih kalau dikasih sesuatu, ya sudah, aku tidak akan lakukan itu. Buat apa aku lakukan itu kalau ujung-ujungnya aku jadi orang jahat. Aku tidak mau. Umurku sudah 58 tahun, aku sudah menikmati hidup sendiri sebagai petani sekarang, walaupun tidak kaya raya, tapi untuk kebutuhan keluarga kecilku ini, aku sudah menikmati hidup.
Bukan kaya raya, aku aja tidak ada duit. Kalaupun orang bilang, cemana, Akhyar aja gak ada duitnya, ya gak papa. Aku tidak bercita-cita ingin jadi orang jahat,” tandasnya. (erniyati)
Komentar
Posting Komentar